Saturday, April 25, 2020

SEPAK TAKRAW DI AKUI OLEH 3 NEGARA


Sepak Takraw Di Akui Oleh 3 Negara

            Sepak takraw menjadi salah satu cabang olahraga yang menyumbang mendali emas untuk Indonesia di Asian Games 2018. Meski sempat telat panas di pertengahan gim pertama, tim Indonesia tak mengulang kesalahan. Mereka segera bangkit dan mengubah keadaan.
            Di partai final nomor quadrant putra melawan Jepang Indonesia menang dengan skor 2-1 (15-21, 21-14 dan 21-16), Ranau Sport Hall, Palembang, Sabtu (1/9/2018). Mulanya, Jepang memang mampu menguasai keadaan dengan serangan-serangan yang mengejutkan tim merah putih. Keadaan ini berlangsung hingga masuk gim kedua, Indonesia masih tertinggal 2-5.
            Suasana stadion kembali memanas seperti halnya ketika melawan Malaysia awal pekan lalu. Penonton bersorak memberi semangat dan keadaan berbalik: Indonesia memimpin 7-6 hingga akhirnya gim kedua dimenangkan angka nilai 21-14. Performa timnas sepak takraw putra terus terjaga hingga gim ketiga, mereka berhasil memimpin 3-0 dan pertandingan ditutup dengan nilai 21-16. Saiful Rijal, dkk langsung melakukan perayaan dengan sujud syukur dan berpelukan satu sama lain.
            Sebelumnya, sepak takraw Indonesia juga sudah menyumbang medali perak tim putra di nomor regu melawan Malaysia. Juga mendapat medali perunggu pada nomor tim regu dan ganda putra, serta tim quadrant putri.

Antara Indonesia, Malaysia, dan Thailand
            Pada pertandingan sebelumnya, Indonesia kalah dari Malaysia, saingan bebuyutan timnas selain Thailand dan Myanmar. Pada perhelatan SEA Games tahun 2017 lalu di Kualalumpur, tim sepak takraw putri Indonesia bahkan mundur (WO) dari arena pertandingan saat menghadapi Malaysia pada set kedua. Alasannya, wasit asal Singapura, Muhammad Radi dianggap lebih membela tuan rumah. "Saya tidak merasa mengangkat kaki ketika tekong, tapi kenapa di-fault oleh wasit, bahkan sampai 8 kali," kata Lena, salah satu pemain andalan Timnas sepak takraw putri.
            Atlet sepak takraw putri, Asmaaul Husna (19) bercerita tentang pengalaman timnya menghadapi Malaysia saat ia mewakili Indonesia dalam King’s Cup World Sepaktakraw Championship. Perhelatan ini merupakan ajang tertinggi cabang olahraga sepak takraw yang diikuti oleh 36 negara dari seluruh dunia. Regu putri Indonesia saat itu memboyong medali perunggu. Mereka menang melawan tim Jepang 2-0, kemudian maju ke babak 8 besar berhadapan dengan Malaysia dan kembali menang dengan skor 2-0.
            “Di set 2, saya merasakan bahwa permainan saat melawan Malaysia biasa saja,” ujarnya terkekeh. Malah, ia mengaku lebih sulit ketika melawan tim Thailand karena para pemainnya terkenal dengan penguasaan teknik yang ciamik.
            Di berbagai pertandingan final takraw, ketimbang dengan Malaysia, Indonesia lebih sering berhadapan dengan Thailand. Sebut saja laga Asian Beach Game, Womens Team Regu, Indonesia mendapat perak, Sea Games 2011 Men's Regu, Men's Team, dan Women's Team mendapat perak. Lalu King's Cup Sepaktakraw World Championship, Women's Double Indonesia tetap mendapat perak, terakhir di Sea Games 2017 Team Regu Putra mendapat perak.
            Sementara itu, Indonesia pernah menang atas Myanmar saat bertemu di final Sea Games 2011 Men's Double. Lalu di double putra Sea Games 2013 dan Women's Quadrant Sea Games 2017 ganti Myanmar yang mendapatkan emas. Indonesia baru bertemu dengan Malaysia pada Final takraw Asian Games 2018 kemarin.

Namun, siapakah sebenarnya pemilik asli dari olahraga ini ?
            Jika melihat dari banyak sumber, ada banyak versi dengan pemahaman berbeda-beda, misalnya di Thailand olahraga ini sudah ada pada masa Raja Naresuan dari Ayutthaya. Permainana ini selanjutnya menjadi kebiasaan lokal yang dimainkan dan menjadi hiburan dari rakyat bisa tahun 1933.
            Lain halnya di Malaysia, olahraga ini diklaim sudah ada sejak abad ke-15 pada saat itu dimainkan di Malaka kota paling bersejarah di Malaysia. Namun, permainan telah mengalami perubahan yang signifikan pada pertengahan 1930-an, yang sebelumnya lebih terkenal dengan nama 'Sepak Raga'.
            Pada 1935, di Negara Bagian Malaysia Negeri Sembilan, selama perayaan Hari Ulang Tahun Raja George V, 'Sepak Raga' dimainkan di lapangan bulu tangkis di atas net dengan pemain di kedua sisi. Kedua aturan bulutangkis dan 'Sepak Raga' digabungkan untuk membentuk permainan baru yang sangat menarik. Karena permainan diperkenalkan selama perayaan Jubilee, itu dikenal sebagai 'Sepak Raga Jubilee'. Hingga akhirnya olahraga ini terus berkembang dan mulai bermain pada kompetisi resmi di Swim Club pada 16 Mei 1945 di daerah-daerah Penang.
            Sedangkan di Indonesia olahraga ini mendapat pandangan berbeda-beda misalnya di Riau dikenal dengan nama Rago Tinggi. Sedangkan di Bengkulu bernama cepak, di Jambi bernama sepak rago, sedangkan di Sulawesi Selatan bernama Marraga-Akraga. Ada pendapat bahwa sepak rago berasal dari daerah Sulawesi Selatan, tetapi hal ini diragukan karena pada saat yang bersamaan daerah-daerah di Sumatera Utara dan Sumatera Barat juga mengembangkan permainan ini.
            Namun karena perbedaan ini pada tahun 1960, perwakilan dari Malaysia, Singapura, Indonesia, Laos dan Thailand bertemu di Kuala Lumpur untuk membakukan aturan dan peraturan untuk permainan. Dan setelah perdebatan panjang dan panas, konsensus dicapai bahwa olahraga itu selanjutnya akan secara resmi disebut sepak takraw.
            Federasi Sepak Takraw Asia (ASTAF) kemudian menerjemahkan aturan ke dalam bahasa Inggris dan menetapkan panggung untuk kompetisi internasional pertama di Malaysia pada 1965.

Berebut Klaim Sejarah
            Sepak takraw merupakan salah satu olahraga yang hingga kini diperebutkan klaim sejarahnya oleh banyak negara, tak terkecuali Indonesia. Laman Asosiasi Sepak Takraw Kanada menyebutkan teks sejarah Melayu, Sejarah Melayu (The Malay Annals), menjadi bukti awal permainan terdapat di Malaka (Melaka), Malaysia, pada abad ke-15. Catatan sejarah itu menyebut sebuah nama, Raja Ahmad yang membunuh rivalnya ketika bermain sepak takraw.
            Pemerintahan Sultan Mansur Shah Ibni Almarhum Sulthan Muzaffar Shah saat itu (1459-1477) langsung memerintahkan pengusiran terhadap Ahmad karena pelanggaran yang dibuat. Namun, kemudian, ia justru naik tahta menjadi Sultan Pahang. Di Malaysia, olahraga ini mulanya dikenal sebagai sepak raga, sama seperti Singapura dan Brunei. Orang Filipina menyebutnya sipa, di Thailand takraw, di Myanmar ching loong, di Laos kator, dan di Indonesia rago. “Olahraga ini kemudian diyakini menyebar ke negara-negara lain selepas Perang Dunia II. Terutama di daerah mayoritas penduduk Melayu,” demikian tulis laman tersebut.
            Namun, ada juga yang meyakini sepak takraw terinspirasi dari permainan tradisional di Cina. Dalam permainan ini, pemain menendang kok ke udara, menjaganya agar tak terjatuh, dan menghitung poin dari jumlah tendangan yang didapat, menyerupai permainan sepak takraw sekarang. Pemain harus memiliki keterampilan menjaga bola di udara dengan tendangan kaki dan sundulan kepala.
            Hingga kini asal muasal sepak takraw masih terus didebatkan, terutama oleh Malaysia dan Thailand. Mereka merasa berhak atas kepemilikan sejarah olahraga ini karena kata “sepak” berasal dari Melayu yang berarti "tendang" sementara “takraw” berasal dari bahasa Thai yang berarti "bola". Namun Federasi Sepak Takraw Internasional lebih memilih menyebut sejarah sepak takraw berasal dari Asia Tenggara.

Baca Juga : Hasil Sepak Takraw Asian Games 2018: Indonesia Gagal Raih Emas

No comments:

Post a Comment