Pola
Latihan Sepak Takraw NTT
Atlet sepak takraw NTT melakukan persiapan intensif agar
mendulang medali pada PON XIX/2016 di Bandung, Jawa Barat. Namun atlet takraw
melakukan latihan dalam keterbatasan sarana dan fasilitas pendukung.
Pelatih takraw NTT, Drs. Edu Penuweo, membenarkan hal ini
saat ditemui Pos Kupang dalam sesi melatih atlet sepak takraw putri di kompleks
olahraga GOR Oepoi, Kupang, Jumat (1/4/2016).
"Atlet takraw NTT sudah melakukan latihan intensif
sejak Januari 2016. Dua bulan pertama, Januari dan Februari atlet takraw NTT
melakukan persiapan umum sesuai jadwal program yang sudah disiapkan pelatih.
Masuk bulan Maret dan April, atlet sepak takraw NTT mulai melakukan persiapan
khusus.
Dua bulan berikutnya Mei dan Juni 2016 masuk sesi pra
kompetisi. Pada sesi ini atlet takraw putri NTT akan melakukan sparing partner
atau ujicoba. Lalu bulan Juli-September 2016 adalah masa kompetisi. Setelah itu
masuk masa transisi," jelas Edu.
Dalam persiapan umum, jelas Edu, atlet melatih daya
tahan, kekuatan, kecepatan, kesimbangan dan kelenturan. Atlet juga diberi
latihan teknik dengan frekwensi porsi latihan yang padat, yakni teknik sepak
sila, sepak punggung dan heading bola. Selain itu, atlet terus berlatih teknik
tekong, toser, smes dan blok yang adalah teknik lanjutan
"Atlet takraw putri latihan pagi dan sore hari, enam
kali latihan seminggu. Saat masuk persiapan khusus atlet, selain latihan fisik
dan teknik, juga latihan kelincahan. Hal ini karena dalam olahraga sepak takraw
harus bergerak ke delapan arah. Dan unsur gerakan takraw ada tiga macam,
misalnya gerak ledak. Ini lebih pada teknik kecabangan takraw," kata Edu.
Saat masuk sesi persiapan khusus, lanjut Edu, latihan 60
persen fisik, 30 persen teknik dan 10 persen mental. Saat masuk program
kompetisi, maka latihan teknik dinaikkan porsinya menjadi 60 persen. Latihan
fisik 30 persen dan mental 10 persen.
Tentang rencana uji coba, Edu mengatakan, sesuai program,
sepak takraw NTT ingin melakukan uji coba ke Jakarta. Sesi uji coba akan dibuatkan
game atau permainan. Hasil uji coba, pelatih dan pengurus akan mengevaluasi
perkembangan atlet selama program pelatihan.
"Kami akan evaluasi performance atlet saat uji coba,
baik kemampuan teknik maupun fisik saat pertandingan ujicoba. Juga akan diperbanyak
game. Evaluasi terhadap atlet dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana hasil
selama atlet mengikuti program latihan di pelatda. Apakah ada kemajuan
signifikan. Nanti semuanya akan terlihat kemajuan yang dicapai atlet,"
ujarnya
Tentang lokasi latihan yang tidak memadahi, Edu
membenarkannya bahwa atlet takraw NTT saat ini latihan di lokasi latihan yang
kurang layak. "Kami sejak Januari hingga saat ini latihan di sisi (saping
bagian depan) GOR Oepoi menggunakan area ruas jalan aspal. Mestinya tempat latihan
olahraga takraw in door, bukan out door. Karena pertandingan nanti di lapangan
in door. Apalagi anak-anak latihan di aspal pada ruas jalan depan kompleks GOR
Oepoi. Jika jatuh, atlet akan terluka," papar Edu.
Edu menjelaskan, sudah bersurat kepada KONI NTT untuk
memanfaatkan ruang aula serbaguna seminggu dua kali latihan. Tentang teknik
latihan, Edu mengatakan, model smes dalam olahraga takraw ada empat. Setiap
kali latihn atlet yang bertugas menyemes wajib melakukan latihan smes 300 kali
setiap hari. "Kami masih sangat minim jumlah bola takraw. Minimal butuh 50
bola untuk latihan. Saat ini ada 10 bola takraw," katanya.
Minimnya jumlah bola, demikian Edu, berpengaruh saat
latihan. Sebab, ketika bola ke luar lapangan, bola itu diambil kembali untuk dipakai
lagi. Jika jumlah bola banyak, latihan atlet tidak akan terganggu. "Kami
hanya memiliki satu pancing pad. Ini juga masih kurang. Idealnya harus ada lima
pancing pad," papar Edu.
Baca Juga : Atlet Sepak Takraw NTT Roslina
Dida Berprestasi Tingkat Asia
No comments:
Post a Comment