Menu
Makanan Atlet Sepak Takraw di Palembang yang Menggiurkan
Aroma masakan menyengat ketika jam makan siang tiba di
Ruang Makan Utama Kampung Atlet Asian Games 2018 di Jakabaring Sport City
(JSC). Para atlet pun tampak lahap menyantap sebagian besar menu yang
disajikan.
Di ruangan seluas 50x60 meter tersebut, para atlet
berkumpul ketika waktu makan datang setiap pagi, siang, dan malam. Venue
Cluster JSC Aminuddin mengatakan konstruksi ruang makan utama tersebut
menggunakan frame baja dan atap membran. "Tanpa tiang tengah dengan
kapasitas 2.500 orang sekali makan dan dibangun sejak 2011," kata
Aminuddin kepada CNNIndonesia.com, Senin (27/8).
Ada sekitar 16 stan makanan yang tersedia di sana.
Semuanya dijamin sehat untuk para atlet dan ofisial Asian Games 2018. Sebanyak
16 stan tersebut antara lain salad, menu masakan Asia Selatan, Asia Timur, Asia
Tenggara, Asia Barat, Timur Tengah, Asia Tengah, hingga menu lokal Indonesia.
Menariknya semua menu makanan di sana lengkap dengan
daftar kandungan gizi. Misalnya, ikan panggang mentega per 100 gram disebut
memiliki energi sebesar 179 kalori, protein 18,79 gram, lemak 11,3 gram, lemak
jenuh 6,1 gram, karbohidrat 0,2 gram, serat 0,1 gram, dan sodium 451 miligram.
Meski demikian sebagian para atlet tampaknya tidak begitu
memperhatikan kandungan gizi setiap makanan saat mereka hendak makan. Mereka
memilih makanan sesuai selera masing-masing. Setelah selesai makan, para atlet
maupun ofisial diwajibkan untuk membereskan perlengkapan makan sendiri agar
meja kembali bersih. Di sana tersedia empat jenis tempat sampah yakni sampah
yang tidak dapat didaur ulang, bisa di daur ulang, sisa makanan, dan cairan.
Makanan untuk para atlet sangat berbeda dan jauh lebih
mewah dari yang disediakan Komite Penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC)
untuk para media. Makanan untuk para media di Palembang berupa prasmanan dengan
tiga jenis lauk dan kerupuk, tanpa salad, dan hidangan penutup.
Kelas
Hotel Bintang Empat
Makanan di Kampung Atlet diakui sebagian atlet sama
seperti hotel berbintang. Atlet skateboard Indonesia Pevi Permana Putra memuji
menu makanan beragam yang ada di Kampung Atlet. "Banyak makanan dari
berbagai macam negara, bersih, dan puas untuk dining hall-nya. Saya paling suka
makan kambing yang ada di [stan] Asia Tengah, itu enak sekali. Saya suka makan
kambing dan nasi kebuli," ucap atlet 30 tahun tersebut.
Pevi mengaku tidak selalu makan di Kampung Atlet karena
tidak kebagian kamar di sana. Ia dan tim terpaksa harus menyewa hotel bintang
4, The Zuri, yang letaknya 7,2 kilometer dari JSC. "Saya kebetulan
mengalah untuk wisma, jadi saya tinggal di hotel The Zuri karena Kampung Atlet
penuh. Makan siang di sini [Kampung Atlet], makan pagi di hotel," ujar
pria asal Bandung itu. "Makan malam kadang di sini, kadang di hotel.
Sama-sama enak," ujarnya menambahkan.
Atlet
Pakistan Suka Makanan Indonesia
Tak hanya atlet Indonesia yang penasaran dengan makanan
dari negara lain, tapi juga sebaliknya. Atlet sepak takraw asal Pakistan,
Sarfaraz Rehman, merupakan satu dari ratusan atlet yang doyan makanan
Indonesia.
Di Kampung Atlet JSC
pada Senin (27/8), tersedia empat jenis makanan di stan Indonesia yakni sayur
nangka, opor kering ayam kuning, telur pindang, dan siomai. Di sebelahnya ada
toples yang berisikan kerupuk udang. "Saya coba sedikit juga masakan
Indonesia dan rasanya cukup enak. Saya coba ayam [kuning]," tutur Rehman.
Selain suka makan ayam racikan bumbu khas Indonesia,
Rehman juga suka makan masakan di stan Asia Tenggara, salad dan hidangan
penutup. Dan ternyata dia tak hanya suka makanan Indonesia, tapi juga gemar
berinteraksi dengan orang-orang Indonesia. Meski kalah dari Indonesia di arena
tanding sepak takraw, Rehman tetap memiliki kesan yang baik terhadap orang
lokal terutama yang berada di Palembang.
"Indonesia negara yang sangat bagus, sepak bolanya
juga bagus dan itu baik untuk masyarakatnya. Ini pertama kalinya saya ke
Indonesia, dan saya merasa sangat diterima di sini. Begitu juga dengan tim
saya, banyak yang tidak sungkan untuk meminta foto bersama kami," tuturnya
kembali.
Rehman tinggal di lantai dua Gedung A dalam Kampung
Atlet. Ia menerangkan kamarnya cukup baik untuk ditempati, meskipun terkadang
mesin pendingin ruangan agak bermasalah. "Tapi tetap saja tempat tinggal
atlet di sini adalah yang terbaik sepanjang karier saya. WiFi tidak bekerja di
kamar saya, tapi ada ruangan di luar kamar yang WiFi-nya cukup kencang,"
ujar Rehman.
"Saya tidak memiliki masukan apapun untuk panitia,
karena saya pikir di sini semuanya baik dan kooperatif. Mungkin hanya persoalan
keamanan saja yang saya pikir terlalu ketat, tapi itu baik untuk kami. Namun
soal pelayanan, semua bagus," ujar Rehman
Baca Juga : Atlet
Jepang Bingung Belanjakan Uang di Asian Games
No comments:
Post a Comment